Kamis, 19 November 2009

Analyzing Youth Culture : CAS Case


Sutradara Hanung Bramantyo
Produser Erwin Arnada
Penulis Salman Aristo
Pemeran Vino Bastian (Arian)
Ramon Y. Tungka (Agni)
Marcel Chandrawinata (Alde)
Joanna Alexandra (Alina)
Christian Sugiono (Ray)
Produksi tahun 2005



Catatan Akhir Sekolah adalah film yang mengisahkan tentang perjuangan tiga siswa SMU untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Alde, Agni dan Arian atau yang dikenal dengan A3 adalah tiga orang sahabat yang dipersatukan sejak ospek. Saat ini mereka menginjak tahun terakhir mereka di SMU. Walaupun sudah berstatus sebagai senior ternyata ketiga cowok ini masih tergolong anak cupu dan tidak dianggap. Mereka pun berinisiatif untuk membuat sebuah film documenter yang dapat membuat eksistensi mereka diakui di athun terakhir mereka bersekolah. Sepanjang proses pembuatan film ini teradilah konflik yang menguji persahabatn serta keteguhan hati mereka bertiga.

Catatan Akhir Sekolah adalah sebuah film produksi Rexinema yang berkisah tentang 3 anak SMU yang ingin membuat sebuah film dokumenter tentang sekolahnya yang akan dipasang pada pentas seni akhir tahun. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dengan menampilkan Vino Bastian, Ramon Y Tungka, dan Marcel Chandrawinata, serta didukung oleh Christian Sugiono dan Joanna Alexandra.


Agni, Arian dan Alde adalah 3 sahabat sejak mereka kelas 1 SMA, hingga kini mereka kelas 3 SMA. Agni adalah anggota klub film sekolah, namun filmnya selalu ditolak oleh anggota yang lain. Alde anak orang kaya yang aktif di ekskul band, banyak wanita yang tergila-gila padanya. Sedangkan Arian adalah anggota ekskul mading, namun hanya menjabat sebagai pemegang kunci mading.


Mereka memiliki kepala sekolah yang selalu semena-mena, hal apapun selalu diukur dengan uang. Mereka bertiga pun membuat sebuah film dokumentasi hingga kejahatan sang kepala sekolah pun terungkap.

Namun, dalam proses pembuatan film ini, banyak halangan yang ditempuh. Seperti Agni yang masih memendam perasaan kepada mantan pacarnya, Alina. Sedangkan Alina kini telah menjalani kasih dengan Ray, walau Alina sering kali dikasari oleh Ray. Selain itu, Alde juga memendam rasa pada sahabat Alina yang bernama Rani namun Alde tidak berani mengungkapkan karena Rani adalah anak pedagang Somay dikantin sekolah.

Tujuan
Tujuan di buatnya film ini adalah mengungkap sisi dari kreativitas diri dari seorang remaja dengan dunianya dan mencoba manggali dan memotivasi remaja khususnya anak SMU untuk lebih kreatif dalam menunjukkan eksistensi dirinya ke arah yang lebih positif. Yakni melalui pengembangan kreativitas seperti membuat sebuah film documenter, yang ditunjukkan pada film ini. Tetapi kondisi sekarang yang terjadi adalah sebaliknya yakni menunjukan eksistensi diri dengan hal-hal negative yang diadopsi dari kulur budaya asing. Seperti narkoba, dll.

Elemen Nilai-nilai dari Film
Elemen nilai nilai dari film tersebut adalah nilai persahabatan, percintaan, cita-cita serta gambaran tentang dunia remaja khususnya SMU beserta segala permasalahannya. Persahabatan adalah diatas segala-galanya itulah jargon mayoritas remaja berumur antara 15-21 tahun. Yang digambarkan dengan sebuah kebiasaan remaja SMU pada umumnya yakni membentuk suatu komunitas persahabatan (membuat geng). Dimana satu personal dengan yang lain saling bekerja sama karena memilki kesukaan, nasib, serta tujuan sama. Nilai dan Percintaan adalah sesuatau yang erat sekali dengan dunia remaja karena memasuki masa pubertas dimana ketertarikan dengan lawan jenis begitu kuat, serta masih memiliki idealisme tinggi untuk tujuannya yakni mencari jati diri serta menunjukkan eksistensi diri.

Serta yang mencolok dari film ini adalah gambaran dari kenakalan remaja dan dunia SMU, mulai dari pendidikannya hingga kebiasaan yang baik seperti pengembangan diri pada di berbagai eskul yang ada disekolah seperti Sie kerohanian, olahraga, madding, pembuatan film dll. maupun buruk seperti kebiasaan menyontek, membolos, narkoba, senioritas dan junioritas dll. Yang kesemuanya itu menggambarkan suasana dunia pendidikan remaja SMU di Indonesia sekarang ini.


Penokohan
Digambarkan berbagai karakter dari latar belakang yang berbeda dalam fim ini yang di tunjukan dengan sangat kuat beserta kebiasaan mereka dimasa-masa remaja ketika masih SMU. Digambarkan:
Dengan pemain utama 1 geng yang beranggotakan Agni, Arian, Alde seing diremehkan oleh teman-temannya yang ingin menunjukkan eksistensinya dengan sebuah karya nyata, yakni membuat film documenter sekolah.

Agni sperti arti dari namanya yaitu api adalah tokoh yang serius, keras kepala, cepat emosi serta cara bicaranya meledak-ledak. Ia memiliki banyak rencana hebat hanya saja dalam realisasinya tidak pernah selesai. Hal inilah yang membuat sahabat-sahabatnya kesal dan juga alas an mengapa pacaranya meninggalkannya. Ia orang yang idealis serta tidak gampang mengikuti arus. Agni tergabung dalam klub film tetapi tidak disukai teman-teman satu klubnya karena idealismenya dalam membuat film yan terlalu tinggi.

Arian adalah seorang Anggota klub mading sekolah dimana tugasnya adalah seorang pemegang kunci mading tsb. Dengan potensi besar di bidang menulis, dimana kebiasaan buruknya adalah No Action Talk Only. Serta memiliki rasa mau menang sendiri dan paling hebat.ebenarnya Arian memiliki ide-ide kreatif yang mumpuni dalam bidang desain. Di antara ketiganya Arian adalah yang paling slenngekan, ramai, serta suka membuat ulah. Karakternya jail serta suka menggoda kedua sahabatnya.

Alde adalah seorang Anggota klub band sekolah yang memiliki bakat dibidang music tetapi sering absen dari band nya karena lebih memprioritaskan persahabatan beserta aktivitas kebersamaannya daripada klub yang diikutinya tsb. Dia adalah anak orang kaya yang manja tetapi bijaksana.Alde adalah pemuda berwajah tampan yang memiliki sekelompok penggemar wanita. Sayangnya walaupun tampan Alde cenderung pendiam, pemalu serta menghindari konflik. Alde tergabung dalam salah satu band dengan posisi gitaris. Tak cum mahir bermain gitar Alde juga pandai menciptakan lagu. Dalam A3 posisi Alde tidak terlalu menonjol dalam artian dia bukan orang yang selalu meletupkan ide. Walaupun begitu Alde adalah jembatan antara Arian dan Agni yang sama-sama berkarakter keras. Di film ini juga cukup banyak digambarkan mengenai keluarga Alde yang kaya raya yaitu lewat tokoh ibunya yang merupakan orangtua tunggal serta berprofesi sebagai wanita karier.


Aspek Market
Market utama dari film ini adalah segmen remaja, karena menurut UNESCO inilah pasar yang paling potensial (15-24 tahun) dengan mendorong anak muda mengikuti selera baru yang ditampilkan. Kerena anak muda sekitar umur 16-21 tahun belum memilki identitas diri yang pasti.
Dengan differensiasi dari cerita film yang telah ada yakni percintaan SMA. Di film ini lebh menitikberatkan pada persahabatan dan cita-cita serta tujuan yang ingin dicapai bersama. Dengan kebiasaan dari individu yang khas dari berbagi latar belakang dan karakter didalam dunia remaja serta lingkungannya.

Film bergenre remaja ini mengambil setting kota besar (Jakarta). Isu utama yang diangkat sbenarnya cukup unik yaitu masalah khas remaja yang ingin tampil, atau menunjukkan eksistensinya pada lingkungan sekitar. Namun film ini tidak melulu berkutat pada perjuangan Agni, Alde dan Arian untuk menunjukkan eksistensinya saja. Ada isu-isu social lain yang diangkat. Mulai dari masalah khas remaja lainnya sperti perebutan pacar, menyontek, merokok hingga mengkonsumsi narkotika. Film ini juga jeli menyisipkan isu yang lebih berat lewat karakter Kepala Sekolah yang korup.

Konsumen utama film ini adalah masyarakat dewasa awal. Kebanyakan dari mereka menggemari film ini karena fungsi nostalgia, mengingatkan mereka akan manisnya kenangan saat di SMA. Para penggemar film CAS bahkan membuat akun friendster untuk berkomunikasi dengan sesame penggemar CAS lainnya. Bebrapa di antaranya juga menulis review tentang CAS di blog mereka sehingga menarik para pembaca blog tersebut untuk menonton CAS. Pengaruh terbesar film ini terhadap masyarakat adlah membangkitkan kenangan atau nostalgia. Bagi yang telah melewati masa SMA bisa jadi akan terpacu untuk mengadakan reuni. Bagi yang belum melewati masa SMA akan terpacu untuk berkarya dan mengisis masa SMA mereka dengan hal yang positif agar isa dikenang dengan manis seperti di film ini.


Catatan akhir sekolah merupakan film remaja. Interaksi film ini mempengaruhi masyarakat melalui trend media yang sedang berkembang saat di film tersebut, yaitu film dokumenter dan handycam. Selain itu, film ini mampu memberikan interaksi yang nyata dengan suasana sekolah dan karakter anak SMU pada umumnya sehingga film Catatan Akhir Sekolah dapat diterima oleh masyarakat dan sekaligus juga mampu merangsang penonton untuk selalu berkreativitas alam hidupnya.

Jaringan sosial dan teknologi yang menonjol di dalam film ini adalah teknologi pembuatan film mulai dari bagaimana membuat sebuah film dari praproduction, productin hingga post production. Praproduction yaitu rencana awal dari pembuatan film menyankut ide cerita, alur, plot dan lain sebagainya sedangkan production yaitu merupakan bagian pengambilan gambar sedangkan post production merupakan bagian pemilihan gambar dan pengeditan gambar. Musik yang ada di film ini adalah musik-musik indie yaitu pop dan musik rock.
Gaya berpakaian para tokoh di film catatan akhir sekolah ini merujuk kepada gaya berpakaian anak-anak remaja di kota metropolis yang cenderung gaul dan sedikit terbuka. Seni yang di tunjukkan di film ini ada beberapa di antaranya adalah seni musik , seni tari dan terlebih lagi seni bagaimana membuat film dokumenter.


Identifikasi Karakteristik Remaja :
Berbagai karakter yang menggambarkan dunia remaja dengan sangat kental. Terlihat sifat yang labil di setiap penokohan Juga terjadi aspek perkembangan emosi alias sikap pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan tujuan dari Youth Culture itu sendiri.
Ambivalen : sifat-sifat menuju kedewasaan, mulai peduli dengan lingkungan sekitar; asmara.
Perubahan kelompok sosial : terlihat dari terbentuknya komunitas dikalangan para siswa SMA.
Perubahan minat dan perilaku : nampak perilaku minat pada suatu hobby atau kegemaran (membuat film, membuat mading, band musik, dsb) 
Istilah – istilah khas remaja dalam film tersebut

Penggunaan beberapa jargon atau bahasa khas remaja seperti :
Lo, gue, doi, geng, sori, men, kongkret, dll.

Di + kata dasar + in, ex : diduain, dibohongin, ditungguin, dibatalin, dijalanin, dll.
Ke + kata dasar, ex : ketangkep, ketimbang, kepeleset, ketimpa, kegaet, dll.

Penghilangan huruf “H”, ex : abis, tau, liat ati, dll.

Dan masih banyak lagi penggunaan kalimat-kalimat yang dipelesetkan. Bahasa-bahasa tersebut sangat menggambarkan Youth Culture dimana terdapat unsur kebebasan.
Walaupun ranah bahasa ini tidak diperkenalkan di dalam secara formal, para ABG di Indonesia dengan mudah memahaminya karena bahasa ini merupakan bahasa sehari-hari mereka.

Hampir sebagian besar orang Indonesia dapat dengan mudah mempelajari bahasa ini lewat acara televisi yang lebih banyak bernuansa ABG. Unsur Post-Modernisme akibat dari media yang berdampak pula pada perubahan budaya anak muda.

Jadi Youth Culture yang tampak dalam film tersebut juga dapat menggeser norma-norma berbahasa yang baik dan benar, salah satu aspek bahasa menjadi kekuatan dalam bersosialisasi. Dengan berbicara dengan bahasa gaul lebih mereka ingin menunjukkan suatu hal yang berbeda dan dianggap hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar